03 November 2008

Implementasi Dasar Arsitektur

Pada intinya, pergerakan metode berkonsep arsitektur memiliki kecenderungan kembali ke dasar. Ketika modus eksperimental sudah kerap dilakoni arsitek, bukan tidak mungkin pendekatannya akan kembali ke dasar dan lebih sederhana. Sejauh-jauhnya proses kreatif sang arsitek dalam perjalanan karyanya, pasti ada titik balik yang membuatnya kemudian lebih menghargai nilai-nilai dasar. Sebab, proses eksperimen memerlukan uji coba, cek dan keseimbangan, mulai dari bahan, teknologi serta falsafah ruang dan bangunan. Jika tidak, eksperimen tinggallah cerita karena dapat menghilangkan aspek fungsional.
Pada proyek rumah tinggal karya arsitek Evan Davin Lee di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara ini, tecermin kepeduliannya terhadap sejarah sosial dan kondisi asli geografis lahan. Letak lahan yang diapit oleh laut dan perairan kanal, menggerakkan Evan kepada konsep arsitektur yang “rigid” dan adaptif terhadap angin, panas, dan kelembapan udara. Sebagai benteng terhadap ruang-ruang dalam, bagian kulit bangunan dibuat tebal, berlapis-lapis serta memaksimalkan ruang-ruang berongga. Sistem tarik ulur terhadap ketebalan dinding dan unsur transparan ini justru untuk menyikapi kondisi geografis lahan.
Bagian yang transparan dan terbuka, dikondisikan untuk ventilasi silang yang berguna untuk aliran udara angin laut. Angin laut bergerak dari bagian depan bangunan yang menghadap ke laut menuju ke belakang bangunan yang menghadap ke perairan kanal. Pada saat-saat tertentu, angin laut berhembus cukup kencang yang membutuhkan dinding penahan yang solid diantara bukaan-bukaan dan dinding transparan. Oleh Evan dirancanglah permainan dinding fasada yang cukup beragam dan menyiratkan pembagian ruang-ruang dalamnya. Sebelum merencanakan pengaturan ruangan dalam, bangunan dinaikkan dua meter untuk mendapatkan lantai dasar. Titik nol lantai, difungsikan untuk garasi dan ruang-ruang servis. Dari pintu masuk menuju garasi terus terhubung ke bagian belakang bangunan yang menghadap kanal.
Pada bagian belakang bangunan, pemilik menginginkan area yang terbuka ini difungsikan sebagai dek untuk tempat duduk-duduk santai yang cukup luas. Dek ini memiliki ketinggian sekitar 90cm – 1m di atas permukaan air kanal. Dek ini juga berguna sebagai tempat menepi kapal motor pribadi yang dimiliki oleh sebagian besar penghuni kawasan ini. Sebagai tempat bersantai pribadi yang menerapkan desain yang ramah, Evan tidak lupa melengkapinya dengan air terjun yang mengalir pada dinding pembatas. Ketika malam tiba, dinding air terjun ini tampak indah diterangi cahaya temaram dari pencahayaan tidak langsung pada bagian atas dinding dan lampu sorot yang ditanam di bagian bawah. Bagian depan bangunan didominasi dengan area transparan.
Fungsinya untuk memaksimalkan bingkai pemandangan laut sebagai vista ruangan dalam. Daerah ini dilengkapi dengan titik-titik lampu dan sistem pencahayaan utama yang mampu memberi “jiwa” pada keseluruhan bangunan.

Yuli Andyono

0 comments:

Posting Komentar

Detikcom

Liputan6